Skip to main content

Masa Depan Abu-Abu Media Cetak

Penulis : Ezra Axel

Media cetak koran

             Penurunan tingkat oplah selama beberapa tahun terakhir memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kelangsungan hidup media cetak. Tentunya penurunan tingkat oplah tidak terjadi begitu saja, ada penyebab dibaliknya. Penyebabnya tidak lain adalah konvergensi media. Selama berabad-abad lalu, radio tetap bertahan ditengah kehadiran televisi, media cetak pun bisa bertahan. Namun semuanya berubah saat internet hadir membuat perubahan yang sangat signifikan dalam dunia media cetak.  Kehadiran internet membuka akses-akses yang sebelumnya tertutup menjadi terbuka lebar. Informasi yang didapat menjadi lebih mudah dan lebih cepat dibanding media lain seperti televisi, radio, dan juga media cetak.

                Bukan suatu hal yang mengagetkan jika pada faktanya pengguna media cetak mulai menurun dimana banyak yang beralih ke media online. Jumlah penjualan koran di Indonesia tidak menurun namun terdapat perubahan di pola membaca masyarakatnya. Salah satu faktor utama masa depan media cetak menjadi abu-abu adalah pola perilaku membaca masyarakat. Zaman sekarang, masyarakat tidak mencari berita utama karena peristiwanya sudah terjadi. Sekarang masyarakat lebih memilih untuk mencari berita aktual, real-time, yang kejadiannya terjadi disaat atau sesaat berita tersebut di terbitkan. Jadi masyarakat sudah meninggalkan budaya membaca berita utama, masyarakat sudah beralih ke budaya membaca berita aktual.

                Tentunya sulit untuk media cetak membuat suatu berita aktual. Media cetak harus menunggu waktu terbit yang sudah ditentukan, sehingga berita yang disajikan pun bukan berita real-time. Internet menawarkan wadah untuk menerbitkan berita yang aktual. Internet menawarkan kecepatan dan kebebasan dalam waktu terbit. Tentu saja, sekarang masyarakat secara langsung akan memilih media online dibanding media cetak karena kehausan masyarakat mendapatakan informasi terbaru yang beredar disekitar kita bahkan yang beredar jauh dari kita.

                Faktor lain selain pola perilaku membaca masyarakat yang berubah, yang menyebabkan masa depan media cetak abu-abu adalah pengurangan belanja iklan. Alasan para pembaca yang masih memilih untuk bertahan dengan media cetak adalah karena nilai berita yang dapat dipercaya. Produk- produk perbankan dan asuransi asngat mengandalkan media cetak sebagai media untuk menampilkan iklan produknya karena pembaca media cetak percaya akan segala isi yang dimuat media cetak.. Nilai berita yang dapat dipercaya inilah yang mempengaruhi iklan yang ada di dalam  media cetak. Belakangan ini, media online mulai digemari untuk menjadi media beriklan. Tren pemasangan iklan di media online membaik dari tahun ke tahun, sedangkan media cetak mengalami hal sebaliknya, dimana pemasangan iklan di media cetak semakin memburuk.

                Terkait pemasangan iklan di media online, ada media yang memang hanya muncul di internet saja. JIka melihat perkembangan internet, media yang hanya muncul di internet saja memiliki masa depan yang lebih pasti dibanding media cetak. Bisa dibilang hanya persoalan waktu saja bagi media yang hanya muncul di internet untuk bertahan secara komersial. Perkembangan teknologi yang semakin tidak terbendung mulai dari internet hingga gawai memberikan sebuah kemudahan sangat memanjakan penggunanya.Tentu saja media yang hanya muncul di internet sangat mengandalkan iklan. Semakin banyak iklan yang masuk akan menambah pundi-pundi keuangan media yang hanya muncul di internet untuk bertahan secara komersial.


Media cetak majalah dan tabloid

                Melihat pola perilaku membaca masyatakat dan pola pemasangan iklan yang sudah berubah, mau tidak mau, suka tidak suka, tidak mungkin masyarakat yang harus bertahan menggunakan media cetak karena pada dasaarnya manusia tidak pernah puas dan selalu ingin yang lebih. Oleh sebab itu, media cetaklah yang harus beradaptasi dengan cepat jika tidak mau produknya tenggelam menjadi masa lalu. Banyak kelompok media cetak yang sudah mengkonvergensi media lamanya menjadi media baru atau yang bisa kita sebut sebagai jurnalisme online. Media cetak harus cepat dan tanggap membaca arus pola perilaku masyarakat. Jika salah membaca, bisa mengakibatkan hal-hal fatal terjadi sampai bisa gulung tikar. BIsa dikatakan media cetak yang tidak berkembang dan beradaptasi mengikuti pola masyarakat menjadi multi-media yang melibatkan internet akan semakin tertinggal dan lama-kelamaan akan hilang dari peredaran dan menjadi masa lalu.

                Pemaksaan yang tidak langsung terhadap media cetak untuk berkonvergensi tidak lepas dari pengaruh generasi muda atau generali milenials. Generasi milenial dinilai mampu ‘membunuh’ tren-tren terdahulu. Generasi milenial ingin serba cepat dan mudah, sehingga mengesampingkan hal penting seperti kebenaran dan kepentingan. Generasi muda yang sekarang sudah tidak mengenal media cetak sebagai sumber informasi utama. Merek lebih mengenal media online sebagai basis untuk mengkonsumsi berita. Konten berita yang diminati pun berbeda, mereka lebih mementingkan informasi yang menarik bagi mereka dibanding informasi penting. Mereka lebih menyukai berita yang mengandung sensasi dibanding berita yang sudah jelas kebenarannya. Banyak yang berharap media cetak tidak mati dalam waktu dekat untuk memberikan waktu kepada media cetak untuk beradaptasi mengikuti perkembangan zaman sebelumnya akhirnya benar-benar menjadi sejarah.


Sumber foto 

https://widuri.raharja.info/index.php?title=Media_Cetak

https://teknologi.bisnis.com/read/20140517/105/228509/wan-ifra-bisnis-media-cetak-asia-masih-menjanjikan


Daftar Pustaka

https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2010/03/100312_mediainternet

 http://marketeers.com/masa-depan-media-cetak-dari-digitalisasi-hingga-masalah-gaji/

 https://chroniclingamerica.loc.gov/

ps://www.newspapers.com/search/#query=new+york+times&s_place=United+States+of+America&lnd=1

Comments

Popular posts from this blog

Jatuh Bangun Film Horor Indonesia

 Penulis : Ezra Axel Suzana, aktris film horor Indonesia Horor merupakan salah satu genre yang berkembang di dunia perfilman. Genre horror merupakan salah satu dari beberapa genre film yang masuk dalam kategori genre induk primer. Oleh sebab itu horror merupakan salah satu genre pokok yang telah ada dan berkembang sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an. Pada dasarnya film horror bertujuan untuk memberikan efer rasa takut, kejutan, serta terror bagi para penontonnya. Menurut kritikus film Amerika, Charles Derry, film horror dibagi dalam tiga sub-genre, yaitu horror of personality (horror psikologis), horror of Armagedon (horror bencana), dan horror of the demonic (horror hantu). Perkembangan film horor di Indonesia pasca kemerdekaan 1950-an dan seterusnya walaupun dari segi ide dan gagasan tidak terpengaruh oleh pemikiran bangsa lain, namun ide dan gagasan yang berkembang kebanyakan tetap terpengaruh pada tema-tema siluman. Pengaruh tersebut bisa dilihat tema-tema fil