Skip to main content

Ekonomi Politik Media

Penulis : Ezra Axel

Ilustrasi media massa

  Saat ini, media, politik ekonomi, dan masyarakat seakan menjadi satu-kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Jika ingin kita urutkan, politik dan ekonomi menjadi motor penggerak negara ini yang didalamnya terdapat masyarakat. Kemudian terdapat media yang menjadi kepanjangan tangan para korporat yang mengendalikan negara ini. Kemudian yang terakhir masyarakat sebagai yang dikendalikan oleh korporat lewat media. Di kesempatan kali ini saya ingin beropini secara sepesifik mengenai media.

                Belakangan ini peran media sangatlah krusial dalam menentukan langkah masyarakat kedepan. Belum lagi saat ini kita sedang berada ditengah pandemi dimana peran media semakin besar karena informasi yang disampaikan akan dijadikan masyarakat sebagai tolok ukur dalam melakukan sesuatu. Berkaitan denga nisi informasi yang disampaikan oleh media, saya ingin membahas mengenai komodifikasi dalam media. Komodifikasi media ini saya perhatikan semakin merajalela, tanpa disadari masyarakat menerima informasi yang sebenarnya sudah dikemas sedemikian rupa oleh media yang tentu saja akan menguntungkan mereka.

                Sebenarnya ini akal-akalan para kapitalis yang berusaha mendapatkan keuntungan pribadi yang harus mengorbankan masyarakat sebagai audience media. Sudah jelas bahwa media adalah pilar demokrasi yang bertugas sebagai kontrol sosial, namun praktek dilapangan berkata lain. Yang media pikirkan hanyalah rating and share. Alhasil konten-konten yang disajikan kebanyakanj adalah konten-konten yang tidak mendidik, sedangkan koten-konten yang bersifat edukatif terpaksa ditiadakan demi rating dan share. Memang tingginya rating dan share konten yang tidak mendidik tidak lepas dari tingkat pendidikan rata-rata penduduk Indonesia, namun seharusnya pemerintah lewat media mencerdaskan rakyatnya dengan menyajikan konten-konten mendidik. Sangat disayangkan rakyatnya semakin bodoh, sedangkan pemilik media tertawa lebar berkat kebodohan masyarakat.



                Saran saya pribadi, perlunya pemerintah memperketat regulasi terkait konten media di Indonesia, jangan biarkan komodifikasi terus menghantui masyarakat yang akhirnya akan mengorbankan masyarakat itu sendiri. Regulasi yang diperketat harus disertai dengan waskat (pengawasan melekat) terhadap pelaksana regulasi tersebut. Dengan begitu masyarakat kita tidak terus dibodohi, malah semakin pintar.

                Selanjutnya saya akan membahas mengenai kepemilikan dan konglomerasi media. Sudah bukan rahasia lagi mayoritas media-media besar di Indonesia dimilki orang yang juga berkecimpung dalam panggung politik. Padahal kita sama-sama tahu media sudah seharusnya bebas dari kepentingan, namun kenyataannya saat ini setiap media punya kepentingan terselubung. Sayang sekali para pemilik media besar di Indonesia terlalu naif dan haus kekuasaan sehingga mereka mengorbankan rakyat dengan menggunakan media sebagai kuda tunggang menuju kekuasaan. Belum lagi di Indonesia para pemilik media ini punya sistem holding company dimana mereka punya banyak media yang sebenarnya sama. Makanya saya merasa anggapan masyarakat bebas memilih media mana yang hendak dikonsumsi hanyalah gimik. Sebenarnya mereka berada dibawah kesadaran palsu, keliatannya berbeda media namun punya kepentingan yang sama. Nah disini para kapitalis pemilik media ingin kita masyarakat terus dieksploitasi agar kepentingan mereka terpenuhi, itu sebabnya kita perlu memperkuat budaya literasi agar saat kita menerima suatu informasi, kita bisa melihat dari sudut pandang lain yang pastinya akan memberi opini lain.

                Menurut saya intinya adalah masyarakat jangan mau terus menerus dibodohi oleh para kapitalis, tidak bisa selamanya kita menjadi kacung kapitalis dengan terus menguntungkan mereka sedangkan kita terus menerus dirugikan. Masyarakat jangan bungkam namun jangan bertindak seenaknya, banyak cara untuk membendung kekuatan kapitalis karena kita masyarakat sudah menang secara kuantitas, tinggal bagaimana kita bisa meningkatkan kualitas kita. Vox populi, vox dei.


Sumber foto

https://www.hipwee.com/

Comments

Popular posts from this blog

Jatuh Bangun Film Horor Indonesia

 Penulis : Ezra Axel Suzana, aktris film horor Indonesia Horor merupakan salah satu genre yang berkembang di dunia perfilman. Genre horror merupakan salah satu dari beberapa genre film yang masuk dalam kategori genre induk primer. Oleh sebab itu horror merupakan salah satu genre pokok yang telah ada dan berkembang sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an. Pada dasarnya film horror bertujuan untuk memberikan efer rasa takut, kejutan, serta terror bagi para penontonnya. Menurut kritikus film Amerika, Charles Derry, film horror dibagi dalam tiga sub-genre, yaitu horror of personality (horror psikologis), horror of Armagedon (horror bencana), dan horror of the demonic (horror hantu). Perkembangan film horor di Indonesia pasca kemerdekaan 1950-an dan seterusnya walaupun dari segi ide dan gagasan tidak terpengaruh oleh pemikiran bangsa lain, namun ide dan gagasan yang berkembang kebanyakan tetap terpengaruh pada tema-tema siluman. Pengaruh tersebut bisa dilihat tema-tema fil